Total Pageviews

Monday, October 31, 2011

Sahabat ada sebuah cerita nih….


Firanda adalah seorang pemuda yang bersemangat akan menuntut ilmu. Karena ia faham, bahwa ilmu itu memiliki sebuah keutamaan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda (artinya) : “Keutamaan ilmu lebih aku sukai/ cintai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah al-wara’.” [HR. Al-Hakim I/92, Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 4214. Wara’: Meninggalkan apa-apa yang dikhawatirkan bahayanya di akhirat. (Bahajatun Naazhiriin I/325). Wara’ adalah takwa, berhati-hati dan menjauhkan diri dari hal-hal yang haram dan syubhat].
Semenjak firanda faham dengan Islam yang Haq, ia pun tak mau lagi melakukan sebuah ibadah kalau tidak ada contoh (dasar)nya, karena syarat diterimanya ibadah selain Ikhlas ((Semata-mata karena Allah), menjauhkan syirik besar dan syirik kecil (riya’)), juga haruslah Ittiba’ (sesuai dengan contoh dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam). Itulah yang menyebabkan firanda bersemangat dalam hal menuntut ilmu. Firanda pernah mengatakan,”aku ini adalah seorang hamba Allah dan aku pun bukan seorang Nabi dan Rasul, jadi wajar saja saya mempunyai prinsip seperti itu. Islam itu kan sudah sempurna sesuai dengan ajaran Rasul-Nya, jadi tidak perlulah lagi ada penambahan baru dalam hal ibadah. Kalau kita menambah-nambah sebuah ibadah yang tidak ada contohnya, sama halnya kita sudah mensejajarkan posisi kita dengan Rasulullah kan?.”
Itulah aku senang menceritakan hal ini padamu Sahabat. Cerita seseorang yang bersemangat dalam menimba ilmu yang syar’i. Karena menimba ilmu yang syar’i wajib hukumnya bagi setiap muslim hingga berakhir kehidupannya di dunia ini. Semoga kita semua juga memahami hal ini. Dalam hal menimba ilmu, firanda harus pergi ke sebuah daerah yang terletak sangat jauh dari kota A yang merupakan daerah tempat tinggalnya. Setiap hari sabtu dan minggu, firanda selalu menyempatkan dirinya untuk menghadiri daurohnya Syaikh Fauzan yang diadakan di kota C. Untuk pergi ke sana tidak ada angkutan umum lain, selain  naik kereta api. Selain itu firanda harus melakukan perjalanan dahulu naik kereta api ke salah satu kota yang terletak di pinggiran sungai x yang panjang, barulah kemudian dari salah satu kota tersebut firanda naik kereta api lagi dengan jurusan menuju kota C. Firanda pernah mengatakan bahwa dia selalu memilih jurusan ke kota P untuk pergi ke daurohnya Syaikh Fauzan. Ribet betul ya, tapi firanda tidak pernah mengeluh untuk menuntut ilmu yang syar’i. Ingat ya sahabat, terdapat banyak kota di pinggiran sungai itu lho.
Kemudian, Firanda pernah mengatakan,”Alhamdulillah, selama ini saya selalu tepat waktu dalam menghadiri daurohnya Syaikh”. Dari pernyataannya, dapat kita ambil kesimpulan bahwa firanda pintar dalam menganalisa  dan memilih jurusan kota P agar ia tidak telat menghadiri daurohnya Syaikh. Kalau dilihat berdasarkan dari pengukuran, memang panjang jarak dari kota A ke kota P kemudian ke kota C (A-P-C) itu merupakan jarak yang terpendek. Nah sahabat, di manakah letak posisi kota P itu ya?? Bingung uy....

Thursday, October 6, 2011

Jika berbicara tentang belajar, maka yang ada dibenak adalah mempersiapkan bekal untuk hidup, tidak hanya untuk masa depan dalam artian bekal mencari kerja, namun lebih luas adalah untuk menjalani kehidupan. "Matematika kehidupanBelajar matematika adalah untuk hidup dan melalui hidup.



Galileo said "matematika adalah bahasa tuhan saat menuliskan alam raya" kata-kata ini pula yang merenggut matematika yang meterialis, betapa tidak matematika adalah ibadah sebuah jalan menuju yang kuasa dengan sejuta simbol yang terus berkilat dalam kehidupan kita, akankah matematika menemukan maknanya sebagai  pembersih jiwa dengan melihat 0 (nol) sebagai filosofi indah sebelum mencapai 1 (satu)
"
kosongkan jiwa dari paradigma dan opini negatif, mari  temukan keindahan dan liukan erotis Tuhan yang bersemayam dalam alam raya untuk menjadi 1 utuh"
Semangat...coz “life is struggle”