Firanda adalah seorang pemuda yang bersemangat akan menuntut
ilmu. Karena ia faham, bahwa ilmu itu memiliki sebuah keutamaan. Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda (artinya) : “Keutamaan ilmu lebih aku
sukai/ cintai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah
al-wara’.” [HR. Al-Hakim I/92, Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 4214.
Wara’: Meninggalkan apa-apa yang dikhawatirkan bahayanya di akhirat. (Bahajatun
Naazhiriin I/325). Wara’ adalah takwa, berhati-hati dan menjauhkan diri dari
hal-hal yang haram dan syubhat].
Semenjak firanda faham dengan Islam yang Haq, ia pun tak mau lagi
melakukan sebuah ibadah kalau tidak ada contoh (dasar)nya, karena syarat
diterimanya ibadah selain Ikhlas ((Semata-mata karena Allah), menjauhkan syirik
besar dan syirik kecil (riya’)), juga haruslah Ittiba’ (sesuai dengan contoh
dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam). Itulah yang menyebabkan firanda
bersemangat dalam hal menuntut ilmu. Firanda pernah mengatakan,”aku ini adalah
seorang hamba Allah dan aku pun bukan seorang Nabi dan Rasul, jadi wajar saja
saya mempunyai prinsip seperti itu. Islam itu kan sudah sempurna sesuai dengan
ajaran Rasul-Nya, jadi tidak perlulah lagi ada penambahan baru dalam hal
ibadah. Kalau kita menambah-nambah sebuah ibadah yang tidak ada contohnya, sama
halnya kita sudah mensejajarkan posisi kita dengan Rasulullah kan?.”
Itulah aku senang menceritakan hal ini padamu Sahabat. Cerita
seseorang yang bersemangat dalam menimba ilmu yang syar’i. Karena menimba ilmu
yang syar’i wajib hukumnya bagi setiap muslim hingga berakhir kehidupannya di
dunia ini. Semoga kita semua juga memahami hal ini. Dalam hal menimba ilmu,
firanda harus pergi ke sebuah daerah yang terletak sangat jauh dari kota A yang
merupakan daerah tempat tinggalnya. Setiap hari sabtu dan minggu, firanda
selalu menyempatkan dirinya untuk menghadiri daurohnya Syaikh Fauzan yang
diadakan di kota C. Untuk pergi ke sana tidak ada angkutan umum lain,
selain naik kereta api. Selain itu
firanda harus melakukan perjalanan dahulu naik kereta api ke salah satu kota
yang terletak di pinggiran sungai x yang panjang, barulah kemudian dari salah
satu kota tersebut firanda naik kereta api lagi dengan jurusan menuju kota C. Firanda
pernah mengatakan bahwa dia selalu memilih jurusan ke kota P untuk pergi ke
daurohnya Syaikh Fauzan. Ribet betul ya, tapi firanda tidak pernah mengeluh
untuk menuntut ilmu yang syar’i. Ingat ya sahabat, terdapat banyak kota di
pinggiran sungai itu lho.
Kemudian, Firanda pernah mengatakan,”Alhamdulillah, selama
ini saya selalu tepat waktu dalam menghadiri daurohnya Syaikh”. Dari
pernyataannya, dapat kita ambil kesimpulan bahwa firanda pintar dalam
menganalisa dan memilih jurusan kota P
agar ia tidak telat menghadiri daurohnya Syaikh. Kalau dilihat berdasarkan dari
pengukuran, memang panjang jarak dari kota A ke kota P kemudian ke kota C
(A-P-C) itu merupakan jarak yang terpendek. Nah sahabat, di manakah letak posisi
kota P itu ya?? Bingung uy....
No comments:
Post a Comment