hmmm...
Pertanyaan yang sangat sering dilontarkan siswa-siswi yg punya keingintahuan yg besar tentang matematika atau malah ga suka dengan pelajaran yang katanya menakutkan itu...
Ada 4 alasan yaitu 4-Se.
Se yang pertama adalah Sepenting baca-tulis. se yang kedua adalah Sepintar-pintar guru nalar. Se yang ketiga adalah Seindah seni. Dan yang keempat adalah Sebaik budi pekerti.
Mengapa bisa seperti itu?yuks... kita bahas satu persatu...
1. Sepenting baca-tulis
"Iqro'...!" (QS.96:1)
Membaca adalah kebutuhan dasar terpenting bagi setiap orang. Demikian pentingnya membaca, hingga mukjizat terbesar Nabi, sekaligus kitab suci diberi nama AL-Qur;an, yang secara harfiah berarti bacaan. Dan ayat yang pertama turun adalah iqro’, bacalah!
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan! Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhammulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara Qalam (baca-tulis). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.96:1-5)
Penggalan surat pendek yang bernada perintah itu begitu menakjubkan. Betapa Tuhan sangat menganjurkan agar manusia gemar membaca. Betapa Tuhan sama sekali tidak menghendaki manusia menjadi bodoh. Seolah ayat itu berseru: “Wahai kalian manusia pergunakanlah indera da akal fikiranmu! Perhatikanlah yg tersurat juga yang tersirat! Gemarlah membaca! Jadilah manusia yang cerdas!” Secara tidak langsung, ini artinya kita harus bias baca-tulis.
Kemampuan baca-tulis adalah sebuah alat. Alat untuk membuka cakrawala ilmu yang tiada batasnya. Itulah sebabnya pelajaran pertama yang kita dapat di bangku seklah adalah pelajaran baca-tulis. Harapannya adalah, setelah alat ini dipunyai maka seabrek pengetahuan yang ;ain bias didapatkan, tanpa lagi dituntun oleh seorang guru misalnya. Dengan membaca kita akan memperolah banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman serta cakrawala berpikir. Bahkan dengan membaca, kita akan menjadi seorang yang kreatif, kritis, dan bijak, atau sekurang-kurangnya kita bias hijrah dari orang yang tidak tahu menjadi oaring yang mengetahui.
Kita akan mahir membaca dengan mengetahui hanya mengetahui 26 huruf mulai dr A sampai dengan Z. Begitu juga dengan membilang, mulanya kita hanya diperkenalkan :
Bilangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 dan selanjutnya, kita bias dengan sendirinya membilang hingga berapapun. Kemampuan yang seperti ini disebut sebagai kemampuan hermeneutika, yakni kemampuan untuk menafsirkan segala sesuatu.
Demikainlah matematika diposisikan. Yang diajarkan adalah layaknya pelajaran baca-tulis. Sebuah pelajaran tentang alat. Seperti yang yang ditulis dalam Compton’s Pictured Encyclopedia volume 9, sebagaimana dikutip oleh GIe(1993);
Mathematics ranks with reading and writing as one of the cornerstones of modern civilization.
(Matematika berkedudukan sederajat dengan baca-tulis sebagai suatu landasan-landasan peradaban modern)
Matematika adalah hasil dari membaca pesan alam. Bilangan, garis, operasi, fungsi, dan seterusnya adalah merupakan konsep-konsep abstrak yang didapatkan dari memperhatikan fenomena alam. Proses itu yang biasa disebut dengan abstraksi. Oleh karena itu melalui proses abstraksi matematika memiliki objek kajian yangabstrak atau sering disebut objek mental, yang letaknya adalah dalam fikiran manusia. Selanjutnya untuk mengungakapkan konsep-konsep yang abstrak tersebut maka digunakanlah sebuah bahasa, dalam hal ini bahasa yang digunakan adalah bahasa perlambang(symbol)
Galileo berkata, “Buku Besar tentang ala mini ditulis dalan bahasa matematika.” Ini adalah karena fakta telah menunjukan bahwa manusi terus menemukan refleksi konsep-konsep matematika abstrak dalam dunia eksternal sebagai bukti bahwa Intelegensi Maha Tinggi bekerja dalam merancang bangun kosmos ini; dan seberapa jauh pun sains itu berkembang, ia terus menemukan level yang semakin dalam mengenai kaidah-kaidah matematika yang terdapat didalam struktur alam semesta. Dan, tidak ada satupun yang memiliki intelegensi maha tinggi seperti itu, selain Allah SWT, Tuhan alam semesta.
No comments:
Post a Comment